Sabar, Lihat masalah dari sudut berbeda – II

Kalimat ini menyolek ku :

Tetaplah bersabar dan memandang masalah dari beberapa sisi, jangan hanya satu sudut pandang saja

– Memandang masalah dari beberapa sisi –

Masalah dari sisi ku
Sudahlah banyak ku utarakan..
Pening pun kurasa tiap mengingatnya.

Ketika aku diharuskan melihat masalah dari sisi yang berbeda.
Pening kembali kurasa, tapi tak sebesar bimbang dan ragu.
Sisi yang mana kah?
Sisi itu berbentuk seperti apa?
Bagaimana aku bisa memandang jika sisi itu buram terlihat.
Sisi dirinya.. Sisi masalah dan perjuangan yang sedang di hadapinya?

Yang terlihat dari ku adalah..
Betul, aku bahagia, sangat bahagia bersamanya.. Namun,
Bagaimana aku bisa membiarkan orang itu berada disisiku..
sedangkan aku mengetahui bahwa ia pun ragu apa bisa bahagia bersama ku.
Bagaimana ia bisa bahagia bersama ku kalau ia tidak yakin bisa bahagia di sisi ku.

Apa yang layaknya ku perbuat jika ku sudah melihat sisi ini?

Ia sedang berjuang untuk jadi lebih baik.
Ia menjalani semua hanya untuk membuat ku merasa lebih baik..
Ini semua terasa baik, tapi tidak jujur..
Bagaimana ia bisa yakin ini yang ku mau?
Sedangkan kejujuran yang selalu ku gadag2kan, tidak terlihat.

Bisa saja pola pikir ku salah.
Jika memang salah, beritahu pada ku..
Bagaimana yang benar…
Aku tidak bisa membaca pikiran mu..
Bahkan gesture mu pun tak bisa ku baca..

Seperti biasa, kau terlalu rapih memainkan peran mu.

Kali ini tak bisa ku biarkan diri terbuai.
Memandang masalah dari beberapa sisi, jangan hanya satu sudut pandang saja
Toloooong, beritahu aku.. Bimbing aku..

Ya Tuhan, aku membutuhkan kekuatan super dari Mu.

~me, bedroom, July 31′ 2014~

Sabar, Lihat masalah dari sudut berbeda – I

Kalimat ini menyolek ku :

Tetaplah bersabar dan memandang masalah dari beberapa sisi, jangan hanya satu sudut pandang saja

– Bersabar –

Siapa yang bisa bayar untuk menghadirkan sabar?
Siapa yang mampu berinovasi alat mempercepat datangnya sabar?
Siapa yang berani berkata ia manusia tersabar?

No one does.

Sabar itu susah,
sabar itu menghadirkan perih tak terhingga
Sabar itu bertahap, dan tiap tahapnya mengharuskan lutut untuk merangkak.
Bagi ku kini.. Sabar itu bebatuan diatas gunung yang harus ku daki.

Kala hati sekokoh batu
Semangat untuk bersabar tertimbun menjulang
Kekuatan sabar berlimpah ruah
Perih nya luka nampak seujung kuku.

Namun..
Kala batu kokoh tak lagi berdiri,,
Ambruk, runtuh semua semangat, kekuatan untuk menyokong rasa sabar.
Perih nya luka menyempitkan pandangan akan bahagia..
Yang tersisah hanya celah untuk mengintip, dan berharap ketika kekuatan itu kan kembali datang.

Memang benar pada akhirnya hanya Tuhanlah tempat mengadu paling unggul..

Mereka kadang lupa menempatkan sepatu di tempat ku berdiri,.
Bahkan kalimat positif sekalipun terasa menusuk perih dan menambah luka.

Sabar, bersabarlah..
Jangan ungkit lagi hal yang luka..

Kalau kuat menyokong, kalimat itu serasa pilar untuk berdiri tegak.
Tapi toh nyatanya lebih sering menohoknya.

Ingin ku berkata :
Kalau kau, kalian yang harus bersabar, apa reaksimu?
Baru 1 bulan ku sering mengungkitnya, sebegitu menyusahkannya diri ku?
Apa kau, kalian tau betapa waktu yang kubutuhkan untuk menambal luka di hati?
Seumur hidup proses penyembuhan ini harus ku hadapi.
Apa artinya 1 bulan dengan sisa umur hidupku??

Dan.. Memang benar pada akhirnya Tuhan lah tempat mengadu paling unggul.
Sudahlah Ia maha mendengar, Ia pula maha pemberi solusi.
Tanpa menghakimi.

Benar..
Sabar itu tak berbatas,
Ketika ada batas berarti bukan sabar.
Ketika berhasil menaklukan sabar
Berarti sudah menjadi penyabar.

Aku merangkak untuk sabar dan menjadi penyabar.
Ya Tuhan, aku mohon kekuatan dari mu.

~me, bedroom, July 31′ 2014~

Tiga kita nan S u n y i ..

Antara menerka dan yakin
Bahwa hari di Tiga kita akan sunyi
Antara ingin berharap sesuatu nan menyenangkan
Namun tahu kecewa kan melanda.
Ntahlah, belakangan tiap ku berharap pasti kecewa yang datang.

Yang lalu ketika Satu dan Dua,
Rangkaian selebrasi kecil untuk kita kau tata dan upayakan..
Hal-hal manis yang memang kau biasakan.
Tak lupa rangkaian doa untuk kita,
Kau utarakan.

Kini ketika Tiga,
Tak berani ku harap yakin bahwa rangkaian itu kan ada..
Dan memang tak ada.
Pupus sudah mendengar doa yang biasa kau lepaskan.

Kini di tengah sunyi memanggil senyap
Irama lelap mu menyelimuti malam
Semua tanya terjawab..
Pasti tlah datang..

Tiga kita Nan S u n y i ..

Ps:
Happy Anniversary, 3 years of Tomatoets Beib Po

~me, july 24, 2014~
11.51 PMd

3 di hari ini

24.07.2011
24.07.2014

Hari ini tiga tahun yang lalu
Tepat ba’da Maghrib kita memulainya
Acara sakral sederhana
Dua keluarga berkumpul menjadi satu
Kita..

Hari ini, sejak awal tahun hari yang ku nanti
Beberapa inspirasi untuk menyenangkan mu terencana..
Namun,.
Awal bulan ini smua rencana itu sirna
Kita masih bisa bergandengan tangan saja,
Syukur ku ratapkan.

Seharusnya kita berbahagia di hari ini
Ntah apa yang kau rasa, ku rasa
Seharusnya makna terdalam atas doa,
kita panjatkan untuk hari ini..
Ntah apa yang bisa kita rencanakan.

3 tahun jika terhitung diatas kertas
Pernikahan kita masuk tangga ke 3.
Dalam perjalanan batin kita, angka 3 ini tak sama.
1.5 awal tahun nyatanya usia kita.

Setengah di awal usia kita..
Awal yang indah nan menyenangkan.
Setengah setelahnya kurasa tetap indah namun ternyata semu.

Berapakah anak tangga yang bisa kita lalui di waktu kedepan?
Akankah rasa bahagia secara nyata atau nan semu?
Porsi kita, kuat kah?

Hari ini 3 tahun yang lalu..
Impian menjadi nyata..
Hari terbahagia sepanjang usia ku.
Karena kamu, ada di sisi ku.. Utuh.

3 tahun, di hari ini..
Ku kembalikan semuanya pada Tuhan,,
Kemana kebaikan Nya menuntun langkah kaki kita..
Tak banyak doa dan harapan yang berani ku panjatkan..
Seutuhnya ku pasrahkan kepada Nya.

Di cara dan waktu Nya.
Semoga masih ada cercah untuk..
Ku rasa Bahagia dan di Perjuangkan.

~me, July 24′ 2014~
3.55 PM

6 essential ingredients for a long, happy marriage

http://www.familyshare.com/6-essential-ingredients-for-a-long-happy-marriage

6 essential ingredients for a long, happy marriage, by : Dennise Sleeper

A good marriage starts with a spark that grows with careful attention to its needs. The following essential ingredients have been an important part of our almost 30 year marriage. Without them, I don’t think we could have managed the trials that have come and will continue to come our way.

Always hold hands — even when you’re at odds with each other

I remember the exhilaration I felt the first time my husband and I held hands. This simple gesture confirmed he loved me as much as I loved him.After almost 30 years of marriage, we’re still holding hands. I love my husband more than the day we married and can’t imagine not having his hand in mine — in the car, during walks, watching a movie, when we pray, shopping and when and wherever we are.Hold your spouse’s hand. It’ll warm your hearts.

Do what you can to look and feel good for yourself and your spouse

Remember dating? We picked out our best clothes and shoes. Every single hair was in place. We smelled great, looked great and felt great. And we did it all for our date. Then marriage and life stepped in and some of us let ourselves go.I often think about this. I’m guilty of letting myself go. How do I know? I decided to take better care of my health. Statistically, based on our family genetics, I’m nearing the end of my life due to diabetes, heart disease and cancer. None of these have manifested in me, but to keep them away, I’ve decided to take better care of myself. You can follow this process at my blog.I hadn’t realized the state of my body until I lost weight. In my mind I’m still in my 20s. I feel better, look better and, even though our marriage didn’t seem in any danger, my husband and I see and feel the difference. His, now, regular comments, once almost forgotten, have told me he likes the changes.Plan a date with your spouse and take some time to get ready for it. You might feel 10 or 20 years younger.

Don’t point

Many times, when I berated my husband for his faults, I accomplished nothing but to anger him. He didn’t change and we were at odds. I began to wonder if I had made a mistake in marrying him. I didn’t want our marriage to end, but I didn’t know how to find the joy that belonged with our love.A really good friend advised me to point the finger at myself. If I changed, he would change and, most likely, in the ways needed. I tried this and our marriage is stronger, tighter and more joyful. I also learned those little things that didn’t change are part of him and I discovered I didn’t want those parts lost to me.Now, when I’m thinking about pointing, I remember when I point at him, my remaining fingers are pointing at me.

Kiss

Kiss when you separate, when you meet, when you get home, before exiting the car — whenever it feels right. There is nothing as reassuring as the reminder of your spouse’s love through a kiss.I remember our first kiss. I knew he loved me. I knew he was mine (I told him forever). I still know this. Even when it’s a quick peck as he leaves for work in the morning.Always start and end with a kiss, even if it’s in public.

Have fun together

My husband is an automotive technician. I am an animal lover. He collects cars, I collect animals. It’s not been easy to see eye to eye in our collections. Over time I’ve grown to enjoy our car talks and the times he’s shown me how to fix them and he has fallen in love with most of the animals I’ve brought home.As our children have grown older and we spend more time together outside the home, we’ve learned to enjoy nature together. Walks in the Everglades, trail rides in his Discovery, photography and walks along the beach. In the past these activities didn’t often involve both of us and the children. Now the children join as often as their schedules allow.Check out your spouse’s hobbies and job. Look for things to do together and have fun. You may fall in love again.

I love you

Right along with always holding hands and kissing as often as possible is saying, thinking and writing on little notes, “I Love You.”My husband said these words to me while dating. I didn’t reply. He asked why and I told him I didn’t want to say, “I Love You,” unless he knew what I meant. We discussed the meaning of these three important words. He learned when I say, “I Love You,” I mean forever and not only for yesterday or today. I love him not only for the joy he has brought, but also for the challenges that have matured us and the growth we’ve done together and will continue in the future.Consider adding these essential ingredients to your marriage. Discuss them with your spouse and you may strengthen and add years to your union.

menunggu…

Menunggu,

Sekarang ini yg bisa kulakukan hanya itu.

Menunggu mu merasa yakin dengan apa yang kau mau

Menunggu mu membuat keputusan apa kita akan tetap jadi kita

Atau terpisah menjadi kamu dan aku, sendiri

Menunggu dengan waktu yang tak pasti

Menunggu dengan harapan yang bias

Aku tak suka menunggu

Tak biasa ku menunggu

Orang bilang terlalu banyak kenyamanan yang kau terima.

Orang heran dengan keputusan yg ku tempuh.

Memilih untuk menunggu.

Ku gantungkan pada doa..

Semoga penantian lekas usai.

Semoga kau tak menginjak diriku lagi, dengan kesempatan pegang kendali memilih.

Bertanggung jawablah atas langkah2 kaki mu.

Menunggu..

Lekaslah usai

Biar ku bisa menata langkah ku kedepan.

Kita

atau

Kau dan Aku sendiri..

July,22`2014

AVR – Hari ini Kau Kembali Pulang

Hari ini kau kan kembali pulang
Bersama kita kan hadapi dan lalui ini
Yang terpenting adalah kau mau mencoba
Itu saja cukup untuk memulai.

Hari ini kau kan kembali pulang
Mulai lah lagi menghias jejak yang pernah kau warnai
Mulai lah lagi mengisi tempat yang biasa kau isi
Sembari proses mu kau resapi
Tak mengapa
Itu saja cukup untuk memulai.

Hari ini kau kan kembali pulang
Bawalah semua isi hati dan pikiran mu
Kita luruskan kembali disini
Di rumah kita
Bersama ku

Meski kita tak tahu berapa tinggi dan besar ombak di depan..
Tak mengapa
Asal kau mau mencoba
Itu saja sudah cukup menyemangati ku.
Itu saja sudah cukup untuk kita bertahan.

Hari ini kau kan kembali pulang..
Ke rumah kita.

~Me, july 20, 2014~

Curiga dan Iri Ku

Pr ku kian bertumpuk..
Belum selesai ku kerjakan soal sabar
Masih jauh proses untuk mencapai nilai penyabar
Soal lain datang tak henti

Curiga.
Curiga ku tak berbendung
Ingin tahu ku terluap dan besar
Perlu berapa buku untuk menyelesaikannya
Aku tak tahu

Curiga.
Seberapa dalam hati mu yang kosong
Seberapa besar porsi ku di sana
Seberapa mungkin aku masih ada dalam pandangan mu
Hanya aku disana atau masih ada… Dia.
Pikiran ini menyiksa ku, tapiii tak sanggup ku bila tak memikirkannya.

Iri.
Gundah ku bila kita tak bersama
Gundah ku bila kita tak berpeluk
Tapi.. Yang terbesar..
Gundah ku bila kita tak bicara
Harus kutulis pada bab yang mana,
ku tak tahu.

Iri.
Kita bicara tapi kau sedikit berkata
Mengapa tak bisa banyak kau berkata bercerita jika dengan ku.
Bagaimana caranya agar kau mau lebih banyak mencoba utk berkata.
Bagaimana caranya agar kau mau lebih banyak terbuka dengan ku, seperti ketika kau berbicara dan terbuka padanya.
Ingin ku bisa mendengarnya dari mu.
Harapku tak berbendung..
Iri ku teramat dalam.

Ketika duduk berseragam waktu yang lalu,
Pernah akrab dengan pepatah ini..
Dalamnya lautan dapat di ukur
Dalamnya hati seseorang tak ada yang tahu.

Pr ku belum usai dan tak ingin ku ini usai.
Jika usai itu berarti tak ada lagi “kita”
Aku ingin mendampingi mu hingga Allah meng usai kan kita.
Aku ingin berjumpa dengan mu di Akhirat Nya nan indah.

July 20, 2014
10.30 am

Bukan Kamu

Mereka bilang kau tak sadarkan diri
Mereka bilang ini bukan kau sebenarnya
Mereka bilang sesuatu berperan pada dirimu

Apa yang harus kita lakukan?
Apa yang bisa aku lakukan untuk menyadarkan mu.
Aku akan menjalaninya
Agar kau kembali pada Nya.

Mereka bilang hal ini bukan yang pertama
Mereka bilang sebuah proses kebiasaan
Mereka bilang ada tempat dimana akan berpulang.
Mereka bilang ini bisa di selesaikan.

Kan berharap tiba waktunya
Kan berharap saat itu didepan mata
Kan berharap kau melihat segalanya lebih indah
Nan berharap aku masih ada dalam pandangan mu
Utuh seperti sedia kala.

July, 19′ 2014
11.40 PM